Selasa, 23 Oktober 2012

Kecanduan Internet




       Perkembangan teknologi khususnya internet bagaikan dua sisi mata uang. Internet merupakan suatu keuntungan dan kerugian. Dilihat dari segi fungsi dan kegunaan, internet merupakan suatu fasilitas yang dapat memudahkan siapapun dan dimanapun untuk mencari atau bertukar informasi. Namun, di sisi lain internet juga merupakan “perusak”. Entah itu perusak moral maupun perusak otak manusia. Bisa dikatakan demikian, sebab internet dapat menjadi ‘candu’ bagi siapapun. Adiksi atau kecanduan merupakan kondisi terikat pada kebiasaan yang sangat kuat dan tak mampu lepas dari keadaan itu. Seseorang yang kecanduan merasa terhukum apabila tak memenuhi hasrat kebiasaannya. Kecanduan internet diantaranya terjerat games, akses situs porno, akses bermacam informasi, serta aplikasi lain. Pencandu tidak dapat mengontrol diri sehingga mengabaikan kegiatan lainnya. Umumnya, pencandu asyik sehingga lupa waktu, sekolah, pekerjaan, lingkungan sekitarnya, hingga kewajiban lain. Hal tersebut dapat terjadi karena pecandu mendapatkan kesenangan, kenyamanan, dan keasyikan dari menggunakan fasilitas internet. Menurut Asosiasi Psikiatri Amerika, kecanduan internet tampak dari adanya tiga gejala atau lebih yang terjadi dalam periode 12 bulan:
1.  Tingkat toleransi meningkat, sementara tingkat kepuasan berkurang. Dari waktu ke waktu, Anda membutuhkan lebih banyak waktu berselancar di internet untuk mendapatkan kepuasan yang sama.
2.  Kehilangan Interaksi Sosial. Anda cenderung menarik diri selama beberapa hari dalam sebulan saat mengurangi waktu berselancar dalam jaringan. Gejala ini kemudian membahayakan atau merusak kemampuan Anda untuk berinteraksi sosial.
3.  Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah adalah menggunakan internet.
4.  Menggunakan internet lebih sering dan lebih lama, daripada yang Anda inginkan.
5. Menghabiskan sebagian besar waktu malam hari dengan kegiatan yang berhubungan dengan internet.
6. Berhenti melakukan interaksi sosial dengan orang sekitar, pekerjaan atau kegiatan rekreasi dan menggantinya secara online.
7.  Beresiko kehilangan hubungan penting, pekerjaan, kesempatan pendidikan atau karir karena penggunaan internet yang berlebihan.
Kecanduan internet dapat berdampak besar dalam kehidupan sehari-hari. Seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa seseorang yang kecanduan internet akan menjauh dari interaksi sosial dalam kehidupan nyata. Hal ini disebabkan karena seseorang yang kecanduan internet merasa sangat nyaman hidup di dunia maya. Di dunia maya, siapapun bisa melakukan apa saja tanpa harus takut akan ada teguran atau cibiran dari orang lain. Seseorang yang hidup di dunia maya dapat menjadi orang lain atau tidak menjadi dirinya sendiri untuk mendapatkan kesenangan. Seseorang yang ‘hidup’ di dunia maya bisa saja mengalami kemunduran. Maksudnya, dengan seringnya berinteraksi di dunia maya, seseorang bisa menjadi tidak percaya diri ketika berinteraksi di lingkungan sosial dalam dunia nyata. Selain itu, kecanduan internet juga dapat menyebabkan hilangnya kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Kebanyakan kasus kecanduan internet terjadi pada anak-anak, khususnya yang masih labil. Kasus ini biasanya terjadi pada anak-anak yang kurang memiliki perhatian keluarganya, sehingga mencurahkan segala masalah dan kehidupannya di dunia maya. Menurut para psikiater anak, kecanduan itu dapat dicegah jika orangtua dan orang dewasa berperan aktif. ”Berikan pemahaman untung ruginya atau konsekuensi sesuai umur masing-masing. Internet terbukti sangat bermanfaat selama masih bisa kita kontrol,” kata psikiater Richard Budiman SpKJ, pengelola Sanatorium Dharmawangsa, tempat puluhan psikiater praktik. Orang tua dan anak-anaknya pun bisa membuat kesepakatan bersama mengenai waktu dan lama mengakses internet. Situs dan jenis permainan yang diakses pun patut diketahui orangtua. Pembiaran hanya akan membuat kecanduan menjadi soal waktu. Sebagian besar peserta sepakat bahwa melarang anak sama sekali mengakses internet bukan solusi. Pasalnya, internet mudah diakses di mana-mana dengan tarif terjangkau. Pengobatan bagi yang kecanduan, kata Elijati, di antaranya psikoterapi, obat antipsikotik, antidepresi, dan terapi keluarga. Akar masalah yang memicu anak lari ke internet pun harus diketahui. ”Pengobatannya tidak mudah karena harus melibatkan banyak hal,” kata Elijati, yang disetujui psikiater lainnya.


Sumber :
http://diskominfo.tarakankota.go.id/artikel.php?op=detil&mid=3