Definisi
Komunikasi
Istilah komunikasi
berasal dari kata Latin Communicare
atau Communis yang berarti sama atau
menjadikan milik bersama. Ketika kita berkomunikasi dengan orang lain, berarti
kita berusaha agar apa yang kita sampaikan kepada orang lain tersebut menjadi
miliknya atau diterima olehnya. Beberapa definisi komunikasi menurut para ahli:
1.
Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau
informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).
2.
Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu
orang ke orang lain (Davis, 1981).
3.
Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain
(Schram,W).
Komunikasi dalam organisasi
dapat didefinisikan sebagai pertunjukkan dan penafsiran pesan di antara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian suatu organisasi tertentu. Suatu
organisasi terdiri dari dari unit-unit komunikasi dalam hubungan hierarkis
antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Tujuan
komunikasi dalam proses organisasi tidak lain dalam rangka membentuk saling
pengertian (mutual understanding).
·
Dimensi
Komunikasi
Dalam kehidupan organisasi ada dua
dimensi, yaitu komunikasi Internal dan komunikasi eksternal.
1. Komunikasi
Internal
Komunikasi
internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota
organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara
pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal
ini bisa berwujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Komunikasi
dapat berupa proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media
nirmassa). Komunikasi internal ini biasanya dibedakan menjadi dua, yaitu:
·
Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari
atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan
dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan
memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dan lain-lain
kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran,
pengaduan-pengaduan, dan sebagainya kepada pimpinan.
·
Komunikasi horizontal
atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari karyawan kepada
karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di
bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi
lateral ini memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan
masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan
yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.
2.
Komunikasi Eksternal
Komunikasi
eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan
khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih
banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat daripada pimpinan sendiri.
Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang dianggap
sangat penting saja. Komunikasi eksternal diantaranya:
·
Komunikasi
dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat
informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki
keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui
berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi; press release; artikel surat kabar atau majalah; pidato; radio;
film dokumenter; brosur; leaflet;
poster; konferensi pers.
·
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi.
Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek
dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi.
Definisi Leadership
Leadership/kepemimpinan adalah sebuah proses mempengaruhi orang lain untuk
melaksanakan tugas-tugas organisasi secara suka rela (Fairholm, 1991; Gardner,
2000). Bahkan menurut Gemmil dan Oakley (1992) kepemimpinan adalah sebuah
proses kerjasama antara anggota organisasi dalam merumuskan metode baru untuk
meningkatkan kualitas organisasi. Fulan (2000, hal. 3) mengatakan bahwa “leadership is a process of persuasion or
example by which an individual (or leadership team) induce the group to pursue
objectives shared by the leaders and his or her followers”. Fulan
berpendapat bahwa kepemimpinan adalah suatu proses untuk mempengaruhi anggota
organisasi lainnya untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan oleh pemimpin
dan anggota organisasi lainnya. Ini artinya bahwa kepemimpinan bukan hanya
didefinisikan dari sudut jabatan, tapi lebih tepatnya, kepemimpinan ini adalah
kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain tanpa paksaan untuk mencapai
sesuatu yang sudah dirumuskan sebelumnya oleh anggota organisasi.
·
Teori
Kepemimpinan
1. Teori X dan Y (Douglas McGregor)
Pada tahun 1950, Douglas McGregor (1906-1964), seorang
psikolog yang mengajar di MIT dan menjabat sebagai presiden Antioch College
1948-1954, mengkritik baik klasik dan hubungan manusia tidak memadai untuk
sekolah sebagai kenyataan di tempat kerja. Dia percaya bahwa asumsi yang
mendasari kedua sekolah mewakili pandangan negatif tentang sifat manusia dan
pendekatan lain yang berdasarkan manajemen yang sama sekali berbeda serangkaian
asumsi yang diperlukan. McGregor meletakkan ide-idenya dalam buku klasiknya
1957 artikel berjudul "The Human
Side of Enterprise" dan buku tahun 1960 dengan nama yang sama, dimana
ia memperkenalkan apa yang kemudian disebut humanisme baru. McGregor menyatakan
bahwa pendekatan konvensional untuk mengelola didasarkan pada tiga proposisi
utama, yang disebut Teori X:
a.
Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha produktif
-uang, bahan, peralatan, dan orang- dalam kepentingan ekonomi berakhir.
b.
Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka,
memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi perilaku
mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi.
c.
Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif -bahkan resisten- untuk
kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai, dihukum,
dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.Tugas manajemen yang demikian
hanya menyelesaikan sesuatu.
Menurut McGregor
organisasi tradisional dengan ciri-cirinya yang sentralisasi dalam pengambilan
keputusan, terumuskan dalam dua model yang dia namakan Teori X dan Teori Y.
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih suka diperintah,
dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta menginginkan keamanan atas
segalanya. Teori ini juga menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk
pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil
untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan
hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam
serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
Lebih lanjut menurut asumí teori X dari McGregor ini bahwa orang-orang ini pada
hakikatnya adalah:
·
Tidak menyukai bekerja.
·
Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih menyukai
diarahkan atau diperintah.
·
Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah
organisasi.
·
Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
·
Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan
organisasi.
Untuk
menyadari kelemahan dari asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif
teori lain yang dinamakan teori Y. asumsí teori Y ini menyatakan bahwa
orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang
diduga oleh teori X. Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat
manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu
terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian
serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki
kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan
prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan
segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja. Secara keseluruhan asumsi
teori Y mengenai manusia adalah sebagai berikut:
·
Pekerjaan itu pada hakikatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada
orang. Keduanya, bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental.
Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama
menyenangkan.
·
Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
·
Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan
organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
·
Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan
dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan
keamanan.
·
Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jira
dimotivasi secara tepat.
Dengan
memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa
merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali
dengan memberikan kesempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing
individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya
sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk
mencapai tujuan organisasi. Menurut McGregor, manajemen ajaran ini didasarkan
pada asumsi kurang eksplisit tentang sifat manusia. Menurut McGregor, manajemen
ajaran ini didasarkan pada asumsi kurang eksplisit tentang sifat manusia. Yang
pertama dari asumsi ini adalah bahwa individu tidak suka bekerja dan akan
berubah jika ada kemauan. Asumsi selanjutnya adalah bahwa manusia tidak ingin
tanggung jawab dan keinginan eksplisit arah. Selain itu, individu diasumsikan
individu menempatkan keprihatinan di atas bahwa organisasi tempat mereka
bekerja dan untuk menolak perubahan, keamanan menilai lebih dari
pertimbangan-pertimbangan lain di tempat kerja. Akhirnya, manusia diasumsikan
mudah dimanipulasi dan dikendalikan. McGregor berpendapat bahwa baik klasik dan
pendekatan hubungan manusia tergantung manajemen sama ini serangkaian asumsi.
Gaya keras menyebabkan manajemen pembatasan output, saling tidak percaya,
unionism, dan bahkan sabotase. Ia juga menunjukkan bahwa karyawan sering
mengambil keuntungan dari manajer yang terlalu permisif dengan menuntut lebih
banyak, melainkan tampil di tingkat yang lebih rendah.
McGregor tertarik pada karya Abraham Maslow (1908-1970) untuk menjelaskan mengapa asumsi Teori X tidak efektif menyebabkan manajemen. Maslow telah mengusulkan bahwa kebutuhan manusia diatur dalam tingkat, dengan kebutuhan fisik dan keamanan di bagian bawah hierarki kebutuhan dan sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri di tingkat atas hirarki.
McGregor tertarik pada karya Abraham Maslow (1908-1970) untuk menjelaskan mengapa asumsi Teori X tidak efektif menyebabkan manajemen. Maslow telah mengusulkan bahwa kebutuhan manusia diatur dalam tingkat, dengan kebutuhan fisik dan keamanan di bagian bawah hierarki kebutuhan dan sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri di tingkat atas hirarki.
Titik dasar
Maslow adalah bahwa begitu suatu kebutuhan terpenuhi, itu tidak lagi memotivasi
perilaku; demikian, hanya tidak terpenuhi kebutuhan motivasi. McGregor
menyatakan bahwa sebagian besar karyawan sudah mempunyai dan keselamatan fisik
mereka pemenuhan kebutuhan dan motivasi bahwa penekanan telah bergeser ke
sosial, ego, dan kebutuhan aktualisasi diri. McGregor mengajukan asumsi
tersebut, yang ia percaya dapat menyebabkan lebih banyak manajemen yang efektif
dari orang-orang dalam organisasi, di bawah rubrik Teori Y. Proposisi utama
dari Teori Y adalah sebagai berikut:
a.
Manajemen bertanggungjawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-orang dalam kepentingan ekonomi
berakhir.
b.
Orang tidak dengan sifat pasif atau resisten terhadap kebutuhan organisasi.
Mereka telah menjadi begitu sebagai hasil dari pengalaman dalam organisasi.
c.
Motivasi, pengembangan potensi, kapasitas untuk mengasumsikan tanggung
jawab, dan kesiapan untuk mengarahkan perilaku ke arah tujuan organisasi
semuanya hadir dalam orang-manajemen tidak menempatkan mereka di sana. Ini
adalah tanggung jawab manajemen untuk memungkinkan orang untuk mengenali dan
mengembangkan karakteristik manusia ini untuk diri mereka sendiri.
d.
Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi dan metode
operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri dengan
mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-tujuan organisasi.
Dengan
demikian, Teori Y pada intinya memiliki asumsi bahwa upaya fisik dan mental
yang terlibat dalam pekerjaan adalah wajar dan bahwa individu secara aktif
mencari untuk terlibat dalam pekerjaan. Ini juga menganggap bahwa pengawasan
yang ketat dan ancaman hukuman bukan satu-satunya alat atau bahkan cara-cara
terbaik untuk membujuk karyawan untuk mengerahkan usaha produktif. Sebaliknya,
jika diberi kesempatan, karyawan akan menampilkan motivasi diri untuk
mengajukan upaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi. Dengan
demikian, menghindari tanggung jawab bukan merupakan kualitas yang melekat
sifat manusia; individu akan benar-benar mencarinya di bawah kondisi yang
tepat. Teori Y juga beranggapan bahwa kemampuan untuk menjadi inovatif dan
kreatif ada di antara yang besar, daripada segmen kecil dari populasi. terkait
dengan pekerjaan, keinginan individu imbalan yang memuaskan harga diri dan
kebutuhan aktualisasi diri. Meskipun McGregor tidak percaya bahwa adalah
mungkin untuk membuat yang benar-benar tipe Teori Y-organisasi pada 1950-an, ia
tidak percaya bahwa asumsi-asumsi Teori Y akan mengarah pada manajemen yang
lebih efektif. Dia mengidentifikasi beberapa pendekatan untuk manajemen bahwa
ia merasa telah konsisten dengan ajaran Teori Y. Ini termasuk desentralisasi
wewenang pengambilan keputusan, pendelegasian, pekerjaan pembesaran, dan
partisipatif manajemen. . Program pengayaan pekerjaan yang dimulai pada 1960-an
dan 1970-an juga adalah konsisten dengan asumsi Teori Y. Pada 1970-an, 1980-an,
dan 1990-an, konseptualisasi McGregor Teori X dan Teori Y sering digunakan
sebagai dasar untuk diskusi gaya manajemen, karyawan keterlibatan, dan motivasi
pekerja. Beberapa penulis menyarankan bahwa organisasi pelaksana Teori Y
cenderung untuk kembali kembali ke Teori X dalam ekonomi sulit kali. Lain
menyarankan bahwa Teori Y tidak selalu lebih efektif daripada Teori X, tetapi
bahwa kemungkinan dari setiap situasi manajerial yang ditentukan dari
pendekatan ini lebih sesuai. Yang lain menyarankan ekstensi untuk Teori Y.
Salah satunya, William Ouchi's Theory Z, mencoba untuk menggabungkan kekuatan
Amerika berdasarkan filosofi manajemen Teori Y dengan filosofi manajemen
Jepang.
2. Teori Sistem 4 (Rensis Likert)
Gaya kepemimpian yaitu
sikap dan tindakan yang dilakukan pemimpin dalam menghadapi bawahan. Ada dua
macam gaya kepemimpinan yaitu gaya kepemimpinan yang berorientasi pada tugas
dan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada karyawan. Dalam gaya yang
berorientasi pada tugas ditandai oleh beberapa hal sebagai berikut:
·
Pemimpin memberikan petunjuk kepada bawahan.
·
Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat terhadap bawahan.
·
Pemimpin meyakinkan kepada bawahan bahwa tugas-tugas harus dilaksanakan
sesuai dengan keinginannya.
·
Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan
pengembangan bawahan.
Sedangkan gaya
kepemimpinan yang berorientasi kepada karyawan atau bawahan
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
ditandai dengan beberapa hal sebagai berikut:
·
Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan kepada
bawahan.
bawahan.
·
Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan.
·
Pemimpin lebih bersifat kekeluargaan, saling percaya dan kerja sama, saling
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
menghormati di antara sesama anggota kelompok.
Sebagai pengembangan,
maka para ahli berusaha dapat menentukan mana di antara
kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem tersebut terdiri dari:
kedua gaya kepemimpinan itu yang paling efektif untuk kepentingan organisasi atau
perusahaan. Salah satu pendekatan yang dikenal dalam menjalankan gaya kepemimpinan
adalah ada empat sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem tersebut terdiri dari:
- Sistem 1, otoritatif dan eksploitif: manajer membuat semua keputusan
yang berhubungan dengan kerja dan memerintah para bawahan untuk
melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara kaku
ditetapkan oleh manajer. Manajemen menggunakan rasa takut dan ancaman; komunikasi
atas ke bawah dengan kebanyakan keputusan diambil di atas; atasan dan
bawahan memiliki jarak yang jauh.
- Sistem 2, otoritatif dan benevolent: manajer tetap menentukan
perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan
komentar terhadap perintah-perintah tersebut. berbagai fleksibilitas untuk
melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur
yang telah ditetapkan. Manajemen menggunakan penghargaan, informasi
mengalir ke atas dibatasi untuk manajemen apa yang ingin didengar dan
keputusan kebijakan sementara datang dari atas beberapa keputusan yang
ditetapkan dapat dilimpahkan ke tingkat yang lebih rendah, atasan
mengharapkan kepatuhan bawahan.
- Sistem 3, konsultatif: manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan
perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan dahulu dengan bawahan.
Bawahan dapat membuat keputusan – keputusan mereka sendiri tentang cara
pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan
daripada ancaman hukuman. Manajemen menawarkan hadiah, kadang-kadang
hukuman; keputusan besar datang dari atas sementara ada beberapa yang
lebih luas keterlibatan dalam pengambilan keputusan dan komunikasi rincian
ke bawah ke atas sementara komunikasi penting hati-hati.
- Sistem 4,
partisipatif: adalah sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara
bagaimana organisasi seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan
keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer secara formal
yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran
dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer
tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga
mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
Manajemen kelompok mendorong partisipasi dan keterlibatan dalam menetapkan
tujuan kinerja yang tinggi dengan beberapa penghargaan ekonomi; komunikasi
mengalir ke segala arah dan terbuka dan jujur dengan pengambilan keputusan
melalui proses kelompok dengan masing-masing kelompok terkait dengan orang
lain dengan orang-orang yang menjadi anggota lebih dari satu kelompok yang
disebut menghubungkan pin; dan bawahan dan atasan dekat. Hasilnya adalah
produktivitas yang tinggi dan lebih baik hubungan industrial.
Seorang manajer dan supervisor harus selalu menyesuaikan perilaku
memperhitungkan karyawan aktual, mengadaptasi prinsip-prinsip umum untuk
harapan-harapan, nilai-nilai dan keterampilan yang mereka miliki. Organisasi
harus menghasilkan kondisi yang mendorong setiap manajer untuk menangani
sensitif dengan mereka. Meskipun dimungkinkan untuk memiliki pekerjaan yang
terpusat, manajemen tangguh, yang dapat mencapai produktivitas yang tinggi
melalui sistem kontrol masih akan ada yang tidak menguntungkan mereka dan kami
sikap antara karyawan terhadap pekerjaan dan manajemen, dengan pergantian buruh
yang lebih tinggi dan lebih besar pekerja dan manajemen konflik. Suatu
organisasi harus memiliki kesatuan integratif di mana hal-hal apa yang terjadi
pada individu dan apa yang penting bagi organisasi adalah sebagai satu. Rensis
Likert memperluas studi kepemimpinan Michigan dengan penelitian ke dalam apa
yang membedakan manajer yang efektif dari manajer tidak efektif. Di New
Patterns of Management (1961) ia menulis bahwa, "atasan dengan catatan
terbaik, kinerja utama mereka fokus perhatian pada aspek manusia bawahan
mereka, masalah, dan berusaha untuk membangun kelompok kerja yang efektif
dengan tujuan kinerja tinggi". Likert mendefinisikan dua gaya manajer.
1.
Pekerjaan berpusat pada manajer, ditemukan untuk menjadi yang paling
produktif.
2.
Karyawan berpusat manajer, ditemukan untuk menjadi yang paling efektif.
Likert juga menemukan bahwa manajer yang efektif
menetapkan tujuan-tujuan spesifik, tetapi memberikan kebebasan karyawan dalam
cara mereka mencapai tujuan tersebut. Hal ini telah disebut pengawasan umum,
sebagai lawan dari pengawasan yang ketat. Dalam jargon bisnis modern ini
disebut pemberdayaan.
Organisasi dan Karakteristik Kinerja Sistem Manajemen
Berbeda
- Sistem 1 tidak percaya takut, ancaman, dan hukuman sedikit interaksi,
selalu ada ketidakpercayaan.
- Sistem 2 master / hamba imbalan dan hukuman sedikit interaksi, selalu
berhati-hati.
- Sistem 3 substansial tapi tidak lengkap kepercayaannya penghargaan,
hukuman, beberapa keterlibatan moderat interaksi, beberapa kepercayaan.
- Sistem 4 kepercayaan penuh tujuan yang didasarkan pada partisipasi dan
perbaikan luas interaksi. Friendly, kepercayaan yang tinggi.
3. Theory of
Leadership Pattern Choice
(Tannenbaum & Schmidt)
Keberhasilan
menerapkan manajemen perubahan antara lain sangat ditentukan oleh gaya (style) yang diadopsi manajemen. Teori
ini berpendapat tingkat keberhasilan pengmbilan keputusan sangat ditentukan
oleh sejumlah gaya yang dianut dalam mengelola perubahan. Gaya/cara yang
dimaksud lebih menyangkut pengambilan keputusan dan implementasi. Seseorang
dapat melakoni gaya kepemimpinan dalam suatu horizon mulai dari yang sangat
otokratik hingga partisipatif. Dengan demikian, maka menurut teori ini tidak
selalu komitmen dan partisipasi bawahan diperlukan. Semua ini memerlukan
analisis dan diagnosis mengenai kesiapan kedua belah pihak, yaitu atasan dan
bawahan, baik sikap mental, motivasi, maupun kompetensinya. Teori ini merupakan
hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H. Schmidt. Tannenbaum dan
Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pemimpin
mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang
menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan
cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku
demokratis.
Perilaku
otokratis; pada umumnya dinilai bersifat negatif, di mana sumber kuasa atau
wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Jadi otoritas berada di tangan
pemimpin, karena pemusatan kekuatan dan pengambilan keputusan ada pada dirinya
serta memegang tanggung jawab penuh, sedangkan bawahannya dipengaruhi melalui
ancaman dan hukuman. Selain bersifat negatif, gaya kepemimpinan ini mempunyai
manfaat antara lain, pengambilan keputusan cepat, dapat memberikan kepuasan
pada pimpinan serta memberikan rasa aman dan keteraturan bagi bawahan. Selain
itu, orientasi utama dari perilaku otokratis ini adalah pada tugas.
Perilaku
demokratis; perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang
berawal dari bawahan. Hal ini terjadi jika bawahan dimotivasi dengan tepat dan
pimpinan dalam melaksanakan kepemimpinannya berusaha mengutamakan kerjasama dan
team work untuk mencapai tujuan, di mana si pemimpin senang menerima saran,
pendapat dan bahkan kritik dari bawahannya. Kebijakan di sini terbuka bagi
diskusi dan keputusan kelompok.
Menurut Theory of Leadership Pattern Choice ada tujuh tingkatan/pola hubungan pemimpin dengan bawahan:
Menurut Theory of Leadership Pattern Choice ada tujuh tingkatan/pola hubungan pemimpin dengan bawahan:
a.
Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
b.
Pemimpin menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
c.
Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
d.
Pemimpin memberikan keputusan tentative,
dan keputusan masih dapat diubah.
e.
Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan
(consulting).
f.
Pemimpin menentukan batasan – batasan dan minta kelompok untuk membuat
peputusan.
g.
Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas – batas yang ditentukan
(joining).
Jadi,
berdasarkan teori continuum, perilaku
pemimpin pada dasarnya bertitik tolak dari dua pandangan dasar :
·
Berorientasi kepada pemimpin.
·
Berorientasi kepada bawahan.
Sumber referensi:
Nurmakiah,K, dkk.
2009. Psikologi Manajemen. [Online].
Tersedia: http://qmmymakiyah.blogspot.com/2009/11/psikologi-manajemen.html.
Diakses tanggal 25 September 2013
Nurmakiah,K, dkk.
2009. Teori Kepemimpinan. [Online].
Tersedia: http://qmmymakiyah.blogspot.com/2009/11/psikologi-manajemen.html.
Diakses tanggal 25 September 2013
Zain, I. 2012. Dimensi
Komunikasi dalam Kehidupan Organisasi. [Online]. Tersedia: http://irfazain.blogspot.com/2012/11/dimensikomunikasi-dalam-kehidupan.html.
Diakses tanggal 25 September 2013