Definisi Motivasi
Menurut
Hamalik motivasi
adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan
timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurut Mulyasa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan
adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Menurut Mc. Donald, motivasi sebagai perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan
tanggapan terhadap adanya tujuan.
Motivasi merupakan satu penggerak
dari dalam hati seseorang untuk melakukan atau mencapai sesuatu tujuan. Motivasi
juga bisa dikatakan sebagai rencana atau keinginan untuk menuju kesuksesan dan
menghindari kegagalan hidup. Dengan kata lain motivasi adalah sebuah proses
untuk tercapainya suatu tujuan. Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia
telah mempunyai kekuatan untuk memperoleh kesuksesan dalam kehidupan..
Motivasi dapat berupa motivasi
intrinsik
dan ekstrinsik. Motivasi yang bersifat intrinsik adalah ketika sifat pekerjaan itu sendiri yang membuat seorang termotivasi,
orang tersebut mendapat kepuasan dengan melakukan pekerjaan tersebut bukan
karena rangsangan lain seperti status ataupun uang atau bisa juga dikatakan
seorang melakukan hobinya. Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah ketika elemen-elemen di luar pekerjaan yang melekat pada
pekerjaan tersebut menjadi faktor utama yang membuat seorang termotivasi,
seperti status ataupun kompensasi.
Teori Drive-Reinforcement
Teori ini
didasarkan atas hubungan sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian
konpensasi. Misalnya promosi seorang karyawan itu tergantung dari prestasi yang
selalu dapat dipertahankan. Sifat ketergantungan tersebut bertautan dengan
hubungan antara perilaku dan kejadian yang mengikuti perilaku tersebut. Teori penguatan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
1.
Penguatan Positif (Positive Reinforcement), yaitu
bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika penguatan positif diterapkan secara bersyarat.
2.
Penguatan Negatif (Negative Reinforcement), yaitu
bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika penguatan negatif dihilangkan secara bersyarat.
A. Pengertian Teori Drive
Teori
”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang motivasi, perilaku
didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong dalam diri seseorang
atau binatang. Secara umum, teori-teori drive mengatakan hal-hal berikut:
ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu didorong untuk
mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Manusia dapat mencapai tujuan yang memadai, yang mengurangi keadaan dorongan apabila
dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
·
Suatu keadaan yang mendorong.
·
Perilaku yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong.
·
Pencapaian tujuan yang memadai.
·
Pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan yang
tercapai.
Setelah
keadaan itu, keadaan terdorong akan muncul lagi untuk mendorong perilaku ke
arah tujuan yang sesuai. Pengulangan kejadian yang baru saja diuraikan seringkali
disebut lingkaran korelasi. Teori-teori Drive berbeda dalam sumber dari keadaan terdorong yang memaksa
manusia atau binatang bertindak. Beberapa teori, termasuk teori Freud, dipahami
oleh keadaan terdorong sejak belum lahir, atau instingtif. Tentang perilaku
binatang, khususnya ahli ethologi telah mengusulkan suatu penjelasan suatu
mekanisme dorongan sejak kelahiran (Tinbergen, Lorenz, dan
Leyhausen dalam Morgan, dkk. 1986). Teori-teori drive yang
lain telah mengembangkan peran belajar dalam keadaan terdorong. Contohnya, dorongan
yang dipelajari (learned drives),
seperti yang dikatakan, keaslian dalam latihan seseorang atau
binatang atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke
individu yang lain. Dalam realisasi
motif sosial, orang telah belajar dorongan untuk berkuasa, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong
yang dipelajari menjadi ciri abadi dari orang tertentu dan mendorong orang itu ke arah tujuan yang memadai, orang lain
mungkin belajar motif sosial yang lain dan didorong ke arah tujuan yang berbeda.
B. Teori Pengukuhan (Reinforcement Theory)
Teori ini
mempunyai dua aturan pokok: aturan pokok yang berhubungan dengan perolehan
jawaban-jawaban yang benar dan aturan pokok lain
yang berhubungan dengan penghilangan jawaban-jawaban yang salah. Penguatan dapat terjadi positif (pemberian ganjaran
untuk satu jawaban yang diinginkan) atau negatif (menghilangkan satu rangsang
aversif jika jawaban yang diinginkan telah diberikan), tetapi organisme harus
membuat antara aksi atau tindakannya dengan sebab akibat. Siegel dan Lane (1982), mengutip Jablonke
dan De Vries menyatakan tentang bagaimana manajemen dapat meningkatakan motivasi tenaga kerja.,
yaitu dengan:
1. Menentukan apa jawaban yang diinginkan.
2. Mengomunikasikan dengan jelas perilaku ini
kepada tenaga kerja.
3. Mengomunikasikan dengan jelas ganjaran apa
yang akan diterima tenaga
kerja jika jawaban yang benar terjadi.
4. Memberikan ganjaran hanya jika jika jawaban
yang benar dilaksanakan.
5. Memberikan ganjaran kepada jawaban yang
diinginkan, yang terdekat dengan kejadiannya.
Nadler dan
Lawler (1976) atas teori harapan menyarankan beberapa cara tertentu yang
memungkinkan manajer dan
organisasi menangani urusan mereka untuk memperoleh motivasi maksimal dari
pegawai :
1.
Pastikan jenis hasil atau ganjaran yang mempunyai nilai bagi pegawai.
2.
Definisikan secara cermat, dalam bentuk perilaku yang dapat diamati dan
diukur, apa yang dinginkan dari pegawai.
3.
Pastikan bahwa hasil tersebut dapat dicapai oleh pegawai.
4.
Kaitkan hasil yang dinginkan dengan tingkat kinerja yang diinginkan.
5.
Pastikan bahwa ganjaran cukup besar untuk memotivasi perilaku yang penting.
6.
Orang bekinerja tinggi harus menerima lebih banyak ganjaran yang diinginkan
daripada orang yang berkinerja rendah.
Terdapat
empat konsep dasar yang perlu dipahami dengan jelas, yaitu:
1.
Perangsang (drive)
Suatu keadaan yang timbul di dalam diri seseorang.
Contoh: perangsang primer dan sekunder. Primer seperti lapar (tidak dapat
dipelajari). Sekunder seperti rasa penasaran untuk hadir pada pembicaraan
tinjauan balikan prestasi (yang dapat dipelajari).
2.
Stimulus
Suatu petunjuk adanya peristiwa untuk tanggapan. Contoh: permintaan seorang supervisor adalah suatu stimulus untuk menyelesaikan pekerjaan, dan waktu pada jam dinding adalah suatu stimulus untuk bangun dan pergi ke pertemuan rapat komisi.
Suatu petunjuk adanya peristiwa untuk tanggapan. Contoh: permintaan seorang supervisor adalah suatu stimulus untuk menyelesaikan pekerjaan, dan waktu pada jam dinding adalah suatu stimulus untuk bangun dan pergi ke pertemuan rapat komisi.
3.
Tanggapan
Suatu hasil perilaku dari stimulus. Contoh: aktivitas dari orang yang bersangkutan, tanpa memandang apakah stimulus itu dapat diidentifiksasikan atau aktivitas tersebut dapat diamati.
Suatu hasil perilaku dari stimulus. Contoh: aktivitas dari orang yang bersangkutan, tanpa memandang apakah stimulus itu dapat diidentifiksasikan atau aktivitas tersebut dapat diamati.
4.
Penguat
Suatu setiap obyek datau kejadian yang membantu meningkatkan atau mempertahankan kekuatan sebuah tanggapan. Contoh: pujian dari atasan, kenaikan gaji, dan alih tugas ke pekerjaan yang diinginkan.
Suatu setiap obyek datau kejadian yang membantu meningkatkan atau mempertahankan kekuatan sebuah tanggapan. Contoh: pujian dari atasan, kenaikan gaji, dan alih tugas ke pekerjaan yang diinginkan.
Contoh teori drive-reinforcement: Seorang
karyawan yang bekerja lembur, diberi bonus tambahan oleh bosnya. Karena itu,
karyawan tersebut lebih rajin bekerja lembur.
Teori Tujuan
Teori ini
menyatakan bahwa mencapai tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang
menyukai kepuasan kerja karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang
menentukan tujuan yang jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
·
Ia akan berorientasi pada hal-hal yang diperlukan.
·
Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
·
Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan.
·
Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
Teori ini
mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan
pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi
jika dia memiliki tujuan yang jelas. Sehingga munculah apa yang disebut dengan Goal Setting (penetapan tujuan).
Penetapan
tujuan juga dapat ditemukan dalam teori motivasi harapan. Individu menetapkan
sasaran pribadi yang ingin dicapai. Sasaran-sasaran pribadi memiliki nilai
kepentingan pribadi (valence) yang
berbeda-beda. Proses
penetapan tujuan (goal setting) dapat
dilakukan berdasarkan prakarsa sendiri, diwajibkan oleh organisasi sebagai satu kebijakan perusahaan. Bila didasarkan oleh prakarsa
sendiri dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja individu bercorak proaktif dan
ia akan memiliki keterikatan (commitment)
besar untuk berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah ia tetapkan. Bila
seorang tenaga kerja memiliki motivasi kerja yang lebih bercorak reaktif, pada
saat ia diberi tugas untuk menetapkan sasaran-sasaran kerjanya untuk kurun
waktu tertentu dapat terjadi bahwa keterikatan terhadap usaha mencapai tujuan
tersebut tidak terlalu besar.
Edwin
Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme
motivasional yakni: (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan
mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d)
tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan.
Contoh teori tujuan: seorang
karyawan memiliki tujuan untuk naik jabatan, maka itu menjadi motivasi baginya
untuk meningkatkan kualitas pekerjaan.
Teori Harapan
Teori ini
termasuk ke dalam teori-teori kesadaran.
Teori ini menunjukkan pendekatan kognitif terhadap motivasi kerja, yang
menekankan kepada kemampuan individu dalam pemrosesan informasi. Kekuatan
motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah kebutuhan. Pekerja diasumsikan
melakukan penilaian rasional terhadap situasi kerjanya dengan mengumpulkan
informasi untuk diolah, kemudian membuat keputusan yang optimal. Kebutuhan hanya digunakan
untuk membantu dalam memahami bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan
pada keyakinan persepsi dan nilai-nilai mereka.
Teori
pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu kecenderungan untuk bertindak
dengan suatu cara tertentu bergantung pada kekuatan dari suatu pengharapan
bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu, dan pada daya
tarik dari keluaran tersebut bagi individu tersebut. Maksudnya teori harapan berkata bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang
bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu.
Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis,
motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.
Dalam
istilah yang lebih praktis, teori pengharapan, mengatakan seseorang karyawan
dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang tinggi bila ia menyakini upaya
akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang baik (Victor Vroom dalam Robbin
2003:229).
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom yang menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan dari hasil pekerjaan itu.
Teori harapan
ini didasarkan atas:
1. Harapan (Expectancy), adalah suatu kesempatan yang diberikan akan terjadi
karena perilaku.
2. Nilai (Valence)
adalah akibat dari perilaku tertentu mempunyai nilai/martabat tertentu
(daya/nilai motivasi) bagi setiap individu yang bersangkutan. Pertautan (Instrumentality) adalah persepsi dari individu bahwa hasil tingkat
pertama akan dihubungkan dengan hasil tingkat kedua. Contoh Kasus: Seorang karyawan pada bagian/divisi
penjualan berupaya meraih target penjualan tertentu untuk mendapatkan bonus
berupa liburan ke luar negeri. Dalam teori harapan, karyawan tersebut berusaha
mendapatkan kesempatan untuk memenuhi target karena ingin pergi ke luar negeri.
Contoh teori harapan:
seorang karyawan yang berharap ingin memiliki rumah, akan bekerja lebih rajin
agar harapannya tercapai.
Teori Kebutuhan - Maslow
Abraham Maslow (1943;1970)
mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia
menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan
dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan
Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif
psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar
terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian
sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang
penting.
Hierarki kebutuhan Maslow yaitu sebagai
berikut:
·
Kebutuhan
fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya).
·
Kebutuhan
rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya).
·
Kebutuhan
akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima,
memiliki).
·
Kebutuhan
akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta
pengakuan).
·
Kebutuhan
aktualisasi diri (kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi;
kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan
aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri dan menyadari potensinya).
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia
itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang
unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Bila makanan dan rasa aman sulit
diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan
motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan
mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika
kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya
ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus
bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.
Contoh teori kebutuhan Maslow: seorang karyawan
suatu perusahaan bekerja keras demi memenuhi kebutuhan primernya yang berupa
makanan, minuman, pakaian, dan tempat tinggal.
Kasus
Cerita
Nyata : Buah Kerja Keras Tukang Cuci Piring di AS
Sekitar 6 tahun lalu, tepatnya
tahun 2005, pria bernama Rudi Suparto ini terbang ke Amerika Serikat demi
mencari uang lebih. Namun ternyata, mantan sales manager ini tak bisa mendapat
pekerjaan yang lebih baik selain tukang cuci piring di sebuah restoran.
Awal kehidupannya di Amerika
Serikat terbilang tidak mudah bagi pria kelahiran Surabaya, Jawa Timur ini.
Betapa tidak, ia sebenarnya tidak bisa berbahasa Inggris. Alhasil, hanya tukang
cuci piringlah yang bisa dijadikan nafkah penghidupannya di tahun-tahun pertama
di negeri Paman Sam ini. “Sedih sekali sebenarnya waktu itu. Saya tidak
biasanya memegang sampah dan kotoran makanan,” kisah Rudi.
Luar biasanya, kondisi menyedihkan
ini tidak membuat Rudi pantang menyerah. Justru ia menjadikan keadaannya itu
sebagai bahan pelajaran sehingga pada akhirnya ia mengetahui cara memasak dan
seluk beluk restoran.
Ketekunan dan kegigihannya selama
beberapa tahun tersebut akhirnya menghasilkan sebuah restoran cepat saji
miliknya sendiri, yang diberi nama Wok Express. Restoran ini terletak di jalan
utama kompleks kasino, Las Vegas, Amerika Serikat.
Ibarat kacang yang tak lupa akan
kulitnya, Rudi pun ikut membantu sesama imigran asal Indonesia. Seluruh
karyawannya adalah orang Indonesia, dan hanya juru masaknya saja yang warga
China.
Meski sudah memiliki kehidupan
mapan di Amerika, Rudi tetap berencana untuk menghabiskan masa tuanya di
Indonesia. Karena itu, ia selalu berusaha berbahasa Indonesia dengan
anak-anaknya supaya bahasa ibu mereka tidak hilang.
Pencapaian Rudi Suparto ini
membuktikan bahwa setiap peluh kerja keras di bidang apa pun bila ditekuni
dengan niat baik dapat berbuahkan kesuksesan yang manis. Selain itu, apa yang
dilakukan Rudi juga patut dicontoh. Sejauh apa pun kita melalang buana dan
apalagi menuai keberhasilan di negeri orang, layaknya kita tidak melupakan
kampung halaman. Luar Biasa!
Analisis Kasus:
Cerita tersebut menunjukkan bagaimana sebuah tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan hidup, menjadi motivasi besar bagi seseorang hingga akhirnya ia
sukses di negeri orang. Kasus di atas dapat dijelaskan dengan teori tujuan,
dimana mencapai
tujuan adalah sebuah motivator. Hampir setiap orang menyukai kepuasan kerja
karena mencapai sebuah tujuan spesifik. Saat seseorang menentukan tujuan yang
jelas, kinerja biasanya meningkat sebab:
·
Ia akan berorientasi pada hal-hal yang diperlukan.
·
Ia akan berusaha keras mencapai tujuan tersebut.
·
Tugas tugas sebisa mungkin akan diselesaikan.
·
Semua jalan untuk mencapai tujuan pasti ditempuh.
Teori ini
mengatakan bahwa kita akan bergerak jika kita memiliki tujuan yang jelas dan
pasti. Dari teori ini muncul bahwa seseorang akan memiliki motivasi yang tinggi
jika dia memiliki tujuan yang jelas.
Sumber referensi:
Anonim. 2013.
Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli. [Online].
Tersedia: http://kata- edu.blogspot.com/2013/01/pengertian-motivasi-menurut-para-ahli.html. Diakses pada 25 Oktober 2013
Anonim.
2013. Pengertian Motivasi Menurut Para Ahli Definisi Fungsi
Jenis Sifat Teori Ciri. [Online]. Tersedia: http://butuhjilbab.wordpress.com/2013/04/17/pengertian- motivasi-menurut-para-ahli-definisi-fungsi-jenis-sifat-teori-ciri/. Diakses pada 25 Oktober 2013
Nurmakiah,K.
2009. Teori Motivasi; Teori Drive-Reinforcement dan Teori
Harapan. [Online]. Tersedia: http://qmmymakiyah.blogspot.com/2009/11/teori-motivasi-teori- drive.html. Diakses
tanggal 25 Oktober
2013
Sharen, P.
2009. Teori Motivasi
(Drive-Reinforcement)_Kelompok_. [Online]. Tersedia: http://cintaluna-lovelyluna-psikologi.blogspot.com/2009/11/teori-motivasi-drive- reinforcement_20.html. Diakses pada 25 Oktober 2013
Supiani.
Teori-Teori Motivasi. [Online]. Tersedia: supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../TEORI+TEORI+MOTIVASI.doc. Diakses pada
25 Oktober 2013
Taufik, B.
2012. Cerita Motivasi Kerja yang
Menakjubkan. [Online]. Tersedia: http://blogbintang.com/4-cerita-motivasi-kerja-yang-menakjubkan. Diakses pada 25
Oktober 2013